Anyaman Pandan Kebumen Strategi Bertahan di Era Pandemi. Zaman berganti, roda kehidupan terus berputar, waktu terus berjalan. Begitu pula dengan teknologi dan sistem kehidupan, semakin modern dan semakin canggih. Era disrupsi dan era pandemi seperti sekarang ini, menuntut perusahaan-perusahaan untuk bersaing secara kompetitif dan berstrategi dengan tepat. Tak hanya perusahaan besar, para pelaku usaha sektor kecil dan menengah (UMKM) pun harus bisa bertahan dan menciptakan strategi strategi baru demi bisa bertahan di zaman ini.
Sentra Anyaman Pandan Kebumen
Kebumen merupakan salah satu kabupaten di propinsi Jawa Tengah yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Wonosobo dan Purworejo di sebelah timur, samudera Hindia di sebelah selatan, Kabupaten Banyumas dan Cilacap di sebelah barat. Kabupaten yang memiliki slogan “beriman” ini mempunyai banyak sekali potensi dari segi wisata alam, budaya, kuliner, dan juga kerajinannya.
Salah satunya kerajinan dari Kebumen yang terkenal yaitu anyaman yang terbuat dari daun pandan. Sentra anyaman di Kebumen yang terkenal yaitu dari desa Grenggeng kecamatan Karanganyar. Kerajinan anyaman dari daun pandan ini tak main-main sudah merambah ke luar negeri dengan omset sampai miliaran rupiah.
Kerajinan anyaman pandan merupakan aset ekonomi kreatif dari beberapa desa di Kabupaten Kebumen. Selain Grenggeng ada desa lain seperti desa Penimbun kecamatan Karanggayam yang masyarakatnya menggeluti kerajinan anyaman ini.
Kampung anyaman pandan yang berada di Kecamatan Karanggayam meliputi Desa Penimbun dan Desa Karanggayam, sedangkan untuk di Kecamatan Karanganyar berada di Desa Wonorejo, Desa Pohkumbang, dan Desa Grenggeng.
Kerajinan anyaman pandan Kebumen pernah masuk Museum Rekor Indonesia yaitu sewaktu 1.289 perajin menganyam complong, disaksikan oleh Sjarifuddin Hasan yang kala itu menjabat sebagai Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah di era kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Kerajinan anyaman pandan tersebut berkualitas ekspor dengan negara tujuan antara lain Jepang, Australia, dan juga negara-negara di belahan benua Eropa.
Proses Kerajinan Anyaman Pandan
Proses pembuatan anyaman pandan memang cukup membutuhkan waktu yang lumayan lama. Langkah pengolahan dimulai dari mengambil daun pandan dari hutan lalu dibuang atau dihilangkan durinya. Setelah itu dipotong sesuai ukuran. Lembaran daun pandan yang sudah dibersihkan dan dipotong direbus sebanyak tiga kali.
Proses berlanjut setelah direbus, daun pandan dijemur hingga kering. Baru setelah kering lembaran daun pandan tersebut dianyam menjadi lembaran anyaman yang biasa disebut dengan sopeng. Sopeng inilah yang kemudian dibuat menjadi berbagai macam kerajinan seperti tas, dompet, topi, keranjang, tikar, tatakan gelas, tempat tisu, gantungan kunci, dan beberapa jenis souvenir lainnya.
Omset Souvenir Anyaman Pandan
Souvenir anyaman pandan merupakan cinderamata yang bisa dibentuk dan dipergunakan sesuai kebutuhan masyarakat. Sebelum masa pandemi, rerata penjualan produk kerajinan khas satu ini bisa mencapai 50 sampai 100 buah setiap bulannya. Omset pendapatan perajin berkisar 3 juta rupiah sesuai jenis produk kerajinannya. Misalnya saja 10 ribu, penganyam pandan menghasilkan lebih dari 35 ribu anyaman setiap harinya. Jika satu produk bernilai 3 ribu rupiah, kerajinan tersebut tentunya bisa menghasilkan omset satu miliar. Fantastis bukan?
Kendala Usaha Kerajinan Anyaman Pandan di Era Pandemi
Pandemi Covid 19 yang menyebar ke seluruh dunia tentunya berdampak pula terhadap berbagai sektor di ranah global maupun lokal. Sektor pertama yang terkena hantaman tersbut adalah sektor ekonomi. Perekonomian yang berdampak tidak hanya dirasakan oleh para pelaku usaha di ranah global namun juga ranah domestik.
Di Indonesia, baik perusahaan besar, sektor perdangan, industri termasuk usaha mikro kecil dan menengah pun kena imbasnya.
Adanya PPKM yang membatasi pergerakan masyarakat, penjualan produk barang serta jasa, berdampak
terhadap terbatasnya operasional UMKM dan berkurangnya konsumen yang berbelanja secara langsung dibandingkan hari biasa.
Jika sebelum masa pandemi perajin banyak menerima manfaat pemasaran dari pameran seperti Kebumen Expo, pameran UMKM lokal, maka ketika pandemi datang kegiatan-kegiatan tersebut pun berhenti. Tak hanya itu, ketika pandemi terjadi, kegiatan ekspor ke luar negeri pun menjadi terhambat karena kelesuan sektor perekonomian global.
Selain kendala pemasaran, kendala lain yang cukup krusial yaitu adanya para pesaing produsen atau perusahaan pembuat souvenir lainnya.
Dengan target konsumen yang cukup banyak, para pesaing dari produsen atau perusahaan pembuat souvenir pun bermunculan. Hal ini menyebabkan peluang atau kesempatan usaha yang relatif kecil. Dengan banyaknya pesaing, maka peluang untuk sukses dan bertahan pun menjadi semakin kecil. Untuk bertahan dan bersaing dengan situasi dan kondisi tersebut diperlukan adanya rencana bisnis dan strategi yang tepat guna.
Strategi Bertahan di Era Pandemi
Di era pandemi seperti sekarang ini, jalan lain yang harus ditempuh untuk bisa keluar dari hantaman krisis pertama adalah mengenai kreatifitas dan inovasi. Kreatifitas dan inovasi diperlukan agar target konsumen bisa lebih banyak dan lebih luas lagi. Seorang pemilik usaha wajib melakukan inovasi secara berkelanjutan dengan cara mengeluarkan produk-produk baru yang sesuai dengan permintaan konsumen. Inovasi juga bisa dilakukan misalnya dalam penambahan motif pada anyaman maupun bentuk produk yang dibuat.
Kedua adalah mengenai cashflow yang dipastikan harus terjaga dan sehat. Arus kas merupakan elemen penting dalam bisnis sehingga pemilik usaha mampu mengelola uang tunai secara optimal, efektif dan efisien.
Ketiga, yang tak kalah pentingnya yaitu UMKM dalam hal ini kerajinan anyaman Pandan harus memahami perubahan perilaku konsumen. Jika menilik pada masa sekarang, pemilik usaha harus jeli untuk melihat adanya perubahan perilaku konsumen ketika di era pandemi. Artinya adalah bahwa ada pergeseran dalam hal pencarian, pemilihan barang atau jasa, pembelian, penggunaan juga evaluasi produk barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat atau konsumen di era pandemi ini.
Mengambil pelajaran dari artikel yang dipublish oleh McKinsey (biro konsultansi manajemen global asal Amerika), pada saat terjadi pandemi, ada perubahan pola konsumen yaitu konsumen akan cenderung mengabaikan harga dan lebih memperhatikan nilai. Contoh: konsumen akan berbondong-bondong membeli masker, hand sanitizer, minuman suplemen atau lainnya yang berhubungan dengan upaya pencegahan virus.
Langkah keempat, Anyaman Pandan harus meninjau kembali produknya termasuk profil customer.
Sedang untuk langkah Kelima, menyesuaikan strategi hubungan customer dan kanal dalam penjualan. Dalam hal ini bagaimana cara untuk meningkatkan penjualan dan memperoleh banyak relasi, salah satunya dengan strategi digital marketing dengan mengoptimalkan pemanfaatan media sosial dan website sendiri. Digital marketing merupakan pemasaran yang dilakukan dengan menggunakan akses internet, memanfaatkan media sosial maupun perangkat digital lainnya.
Digital Marketing membantu perusahaan atau pelaku usaha dalam memromosikan dan memasarkan produk dan jasa mereka. Hal ini manfaatkanlah juga e-commerce, marketplace atau media sosial yang sedang booming. Untuk selanjutnya buat katalog dan tuliskan daftar varian produk berikut harganya yang tentunya akan memudahkan konsumen dalam memilih produk yang akan dibeli.
Langkah selanjutnya adalah dengan merencanakan ulang pendapatan dan memangkas anggaran biaya.
Sedang langkah terakhir atau ketujuh adalah UMKM anyaman pandan dalam kondisi pandemic Covid-19 ini harus berkolaborasi, bekerjasama usaha sehingga dapat meningkatkan efisiensi, berbagi beban kerja dan bahkan mendapatkan ide-ide baru.
Demikian artikel mengenai Anyaman Pandan Kebumen Strategi Bertahan di Era Pandemi, semoga bermanfaat.